Batasaceh. com- Menjelang hari raya Idul Adha 1444 Hijiriah yang jatuh pada 29 Juni 2023 mendatang, ratusan masyarakat dari berbagai daerah di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe mengikuti Suluk, di Dayah Madrasah Diniyah Aliyah Islamiyah Naqsyabandiyah (Madinah) Al Munawarah, Gampong Matang Baloi Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara,Minggu (18/6/2023).
Sebelum memasuki Suluk, tampak para jamaah di peusijuek oleh Mursyid (guru), di komplek Dayah setempat bakda shalat Ashar.
Pimpinan Dayah Madinah Al Munawarah, Abiya Zainuddin M. Yusuf, selaku Mursyid, usai melakukan peusijuek (tepung tawar), menjelaskan, Suluk merupakan salah satu cara dalam penyucian jiwa (Tazkiatun Nufus) dan pembersihan hati (Nafisatul Qulub).
“Yang kita lakukan peusijuek tadi yang pertama kegiatan pengajian mingguan, aktif hari Minggu, Jumat dan Senin, kemudian pengajian majelis taklim Safinatunnaja, selanjutnya sekaligus kita peusijuk Jamaah Suluk,” sebut Abiya Zainuddin, yang akrab disapa Abi Doi atau Abiya Madinah.
Kata Abiya, kegiatan Suluk yang dilaksankan pada bulan Haji (Zulqaidah) selama sepuluh hari, Suluk dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengurangi waktu lalai selain dari pada ibadah, “ini salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah yang bertujuan menyucikan diri dari berbagai bentuk kesalahan dengan zikrullah, menurut tarekat Naqsabandiyah,” jelasnya.
Suluk itu maknanya berjalan kepada Allah, tapi ini bukan hakikatnya. Jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantara lain dengan Nafisatul Qulub (membersihkan hati), bila hatinya sudah bersih semua akan dekat, ujar Abiya.
Saat bersuluk, jamaah berzikir secara terus menerus mengingat sang Khaliq, meninggalkan pekerjaan duniawi hanya semata-mata mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang yang menempuh jalan ini disebut dengan saalik.
Saat melaksanakan suluk, para saalik dibimbing oleh Mursyid dalam menjalani tahapan-tahapan latihan atau riadhah. Tahapan awal adalah pembersihan diri dari berbagai kesalahan, disebut dengan takhalli, tahapan selanjutnya adalah, mengisi diri dengan hal-hal yang bersifat positif, disebut dengan takhalli, dan tahap yang terakhir, merasakan kehadiran Allah dalam setiap tarikan nafas dan dalam semua aktifitas, disebut dengan tajalli.
Dalam melakukan Suluk, kata Abiya, para saalik atau jamaah suluk tidak bisa memakan bahan makanan yang berdarah, dan berbicara yang bersifat duniawi, karena itu adalah pantangan berdasarkan Tarekat Naqsyabandiyah.
Salah seorang warga Nibong, Kasim Saleh (80), mengatakan, dirinya sebelumnya telah melakukan Suluk di Dayah Madinah Al Munawarah sebanyak tiga kali,
“Saya telah masuk Suluk di sini tiga kali, ini saya lakukan hanya semata sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Pada kali ini, hanya istri saya yang masuk Suluk, karna faktor kesehatan, saya sekarang datang untuk mendampingi istri di peusijuek jelang masuk Suluk bakda magrib nanti,” sebut Abu Kasim. []