Batasaceh.com – Aceh Utara, Saat dilantik sebagai Pj. Bupati Aceh Aceh Utara di Anjong Mon Mata Banda Aceh, Jum’at (14/7/2023) lalu, menurunkan angka stunting akan menjadi prioritas kerja Dr. Drs Mahyuzar
“Stunting merupakan masalah besar dan serius harus segera diselesaikan, karena akan berdampak terhadap pengembangan sumber daya manusia pada sebuah daerah, jika tidak ada SDM maka tidak akan ada lagi yang akan mengurus daerah,” Sebut Mahyuzar kala itu.
Kenapa Stunting menjadi prioritas?
Karena Mahyuzar cukup paham data statistic menunjukan, Aceh merupakan provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi kelima di Indonesia pada 2022. Merujuk pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2021, prevalensi balita stunting di provinsi ini sebesar 31,2%. Tergolong buruk, karena melebihi ambang batas yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20%.
Dan Aceh Utara adalah salah satu kabupaten dengan prevalensi tinggi balita stunting peringkat ke dua tertinggi dari dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh dengan prevalensi stunting sebesar 38,3%.
Inilah alasan utama Mahyuzar kenapa penanganan stunting harus menjadi prioritas karena ada target angka ini harus menyusut dari tahun ke tahun hingga Nol (Zero Stunting).
Stunting menjadi isu Internasional yang selalu disuarakan WHO (World Health Organization) organisasi kesehatan dunia dibawah PBB.
Di Indonesia stunting menjadi bahasan presiden Joko Widodo dalam rapat-rapat kabinet bahkan Presiden Joko Widodo pasang target tahun 2024 ini stunting (gagal tumbuh) mesti bisa diturunkan hingga 14 persen.
Stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan karena bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.
tidak hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak.
Stunting adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak. Risiko dari masalah stunting terbilang wajib diwaspadai karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, sekarang maupun dalam jangka panjang.
Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif, mereka cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak.
Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi. Ini tentu mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan di rumah, sekaligus membuat mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.
Perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya. Tubuh pendek adalah salah satu ciri umum anak pengidap masalah stunting. Kekurangan gizi kronis akan menghambat pertumbuhan otot. Anak stunting terlihat juga lebih mudah lelah dan selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar obesitas dan sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.
sistem kekebalan tubuh anak penderita stunting realtif lebih rentan mereka mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus karena daya tahan tubuh mereka rendah, proses penyembuhan anak stunting menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Kondisi stunting tidak hanya dirasakan dimasa kecil, tetapi dampaknya akan terus terasa hingga dewasa, mereka berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas, penyebabnya karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan fungsi sel tubuh dan lainnya tidak sempurna.
Bayangkan bagaimana masa depan Aceh Utara jika generasinya penderita stunting? maka mimpi mewujudkan Aceh Utara bagian dari Indonesia Emas tahun 2045 akan jauh dari harapan.
Indonesia Emas adalah sebuah mimpi dimana tepat pada 1 abad usia kemerdekaan Indonesia (2045) pendapatan per kapitanya setara dengan negara maju, sehingga dapat keluar dari Middle Income Trap (MIT).
Dengan cara memaksimalkan berbagai sumberdaya yang ada termasuk letak wilayah yang strategis sangat menguntungkan dalam perdagangan internasional, negara agraris, sumber daya alamnya melimpah dengan kekayaan cadangan mineral yang sangat besar seperti Nikel, Bauksit, Tembaga, Timah, minyak bumi dan gas.
“ Ini semua adalah potensi untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas pada 2045, namun potensi itu menjadi tidak berarti jika produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya rendah” ungkap Mahyuzar.
Karena itu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah membangun generasi emas di mana tepat 100 tahun usia kemerdekaan Indonesia generasi muda siap bersaing secara global diberbagai bidang karena itu generasi sekarang perlu disiapkan agar sehat secara fisik dan mental.
Salah satu masalah sekarang yang ditemukan oleh pemerintah adalah Stunting yaitu gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami bayi atau anak akibat kekurangan gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak ditandai dengan tinggi badan dibawah standard (pendek).
Oleh sebab itu Mahyuzar mengajak semua pihak, baik kalangan pemerintahan dibawah jajarannya, BUMN dan BUMD yang ada di Aceh Utara serta masyarakat untuk membangun persepsi yang sama dan bekerjasama menurunkan angka stunting di wilayah ini hingga pada titik nol atau zero stunting, sehingga generasi Aceh Utara di masa depan bisa berperan dan mengolah sumberdaya alammnya sendiri karena memiliki daya saing global. [ADV]